Skenario Drama:
1. Tema Drama: Nilai Perjuangan
2. Ritma Cerita Drama:
I. Eksposisi
Gadis
Gilang
Rista
Intan
Sinta
Bayu
Rudi
II. Permasalahan
Gadis berusaha untuk pindah kerja mencari pekerjaan yang memberikan gaji cukup untuk membantu sang ibu membayar cicilan hutang bank.
III. Komplikasi
Gilang ingin gadis tetap menjadi karyawan di tokonya agar tidak kerepotan mencari karyawan baru yang tidak sepatuh Gadis.
IV. Catatan 1
Gilang meminta bantuan Bayu untuk membuat Gadis kesulitan mencari pekerjaan baru.
V. Catatan 2
Rista ingin membantu Gadis mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih baik dari yang diberikan oleh Gilang.
VI. Kesimpulan
Gadis berjuang keras yang akhirnya mendapatkan pekerjaan yang bisa mebantu ibunya.
3. Karakter
a. Protagonis (Baik) : Gadis
b. Antagonis (Jahat) : Gilang
c. Tritagonis : Rista
d. Figuran:
- Intan
- Sinta
- Bayu
- Rudi
4. Latar
a. Tempat
Rumah Rista
b. Waktu
Sore hari
Naskah Drama:
Gadis sore ini setelah jam kerjanya menjaga toko Bu Gilang selesai, ia mengunjungi rumah Rista sahabatnya semasa SMA dulu.
Gadis : Sore Ris...
Rista : Sore juga, apa kabar?
Gadis : masih seperti biasanya. Merasa gila karena usai gajian langsung jatuh miskin se miskin-miskinnya.
Rista : Pindah kerja saja Dis, kamu ada setoran rutin dengan gaji seperti kutukan segitu kamu gak akan bisa makan layak.
Gadis : Maunya juga gitu, tapi kalau tak lepas belum tentu aku segera dapat kerja yang baru. Nanti tambah kasihan ibuku...
Rista : Nanti coba tak tanya temen kalau ada info lowongan.
(Rista lalu mengambil smartphone-nya, dan menghubungi salah satu kontak di sana).
Rista : Hallo Intan, bisa bantu?
Intan : Bantu apa Ris..?
Rista : Kalau ada info lowongan di resto bapakmu hubungi aku ya?
Intan : Wah... mau kuliah nyambi kerja?
Rista : Bukan, ini untuk temanku... ok..?
(Rista menutup telepon dan seulas senyum tersirat di wajah manisnya yang kalem).
Rista : Temanku bilang kalau ada lowongan dia hubungi aku. Resto bapaknya lumayan besar, gajinya gak akan mengecewakan. Di sana kamu dapat jatah libur, gak kerja rodi seperti yang sekarang.
Gadis : Iya, makasih ya Ris...
Gadis hendak berpamitan pulang, saat sampai di depan pagar rumah Rista. Lewatlah sepasang suami istri, Bu Gilang dan Pak Bayu.
Gilang : Jangan tidur larut malam Dis, ingat besok kerja!
Rista seketika merasa marah, di luar jam kerja mash saja diurusi majikan yang cerewetnya minta ampun. Heran Gadis bisa betah, coba kalau tidak ada tanggungan sudah lama Gadis kabur!
Bayu : Ibu apa-apaan sih, kan sudah bukan urusan kita Gadis mau tidur jam berapa. Yang penting besok bisa masuk kerja.
Gilang : Bapak tahu gak, kalau Rista itu sepertinya mau membuat Gadis keluar dari toko. Nanti bahaya Pak, kita bisa kerepotan! Mbok cari cara biar Gadis gak bisa pindah kerja...
Bayu : Kita kan sudah menggajinya sedikit, mana bisa pinda dia? Nanti juga kesulitan buat nabung dan gak berani keluar...
Gadis kini sudah sampai di kostnya, merasa lelah dan pening kepalanya. Serasa mau pecah, memikirkan nasibnya yang terasa buram nyaris suram masa depan. Ia hanya bisa berdoa malam ini, semoga keajaiban datang! Tiba-tiba pintu kostnya diketuk.
Rista : Dis, kita ke rumahku. Temenku datang, bilang resto bapaknya memang butuh karyawan.
Akhirnya Gadis pun kembali ke rumah Rista. Dan bertemu dengan Pak Rudi.
Rudi : Resto saya sedang butuh waitress. Kalau kamu mau.
Gadis : Saya mau Pak, tapi saya belum keluar dari tempat kerja yang sekarang.
Rudi : Wah, susah ya...
Rista : Itu bukan masalah Pak, toh Gadis butuh uang buat bantu ibunya. Bapak bantu lah pak...
Rudi : Kamu keluar dulu, nanti kamu datang ke resto bapak.
Gadis merasa lega bukan main. Kini tinggal selangkah lagi untuk bisa keluar dari pekerjaan yang menyiksanya lahir batin. Sayangnya saat mengajukan pengunduran diri, Gadis diberi waktu enam bulan. Alasanya untuk mendapatkan karyawan penggantinya terlebih dahulu. Gadis merasa berat jika harus mengencangkan sabuk hingga 6 bulan lamanya. Khawatir badan tinggal tulang, takut pulang bertemu sang ibu.
Gadis : Saya gak bisa kalau menunggu 6 bulan lagi. Besok lusa saya sudah harus bekerja di tempat baru.
Gilang : Kok bisa??! Gak bisa ini...!
Sinta : Kok gak bisa kenapa Bu? Wong ibu juga gak ngasih gaji layak. Ya harus terima karyawan gak bisa loyal... sudah, ayo pulang Dis. Yang penting sudah bilang. Toh lusa kamu sudah kerja di tempat yang lebih baik.
Gilang : Kamu tak laporkan polisi loh...
Sinta : Laporkan saja Bu, nanti saya juga tak laporkan ibu ke Depnaker... biar digerus toko ibu!
Bu Gilang hanya diam seribu bahasa, tidak bisa berkata meskipun hanya sepatah. Gadis akhirnya pergi bersama Rista.
Gadis : Wah... kamu berani juga ya sama orang tua...
Rista : Orang dzalim itu harus dilawan. Diam itu emas Dis, tapi mengatakan kebenaran adalah intan permata. Gak akan sadar orang kalau kita cuma menunggu dan diam saja...
Sinta mengangguk setuju dengan pendapat Rista barusan. Selang sehari setelahnya, Gadis kini sudah bekerja di resto besar. Membuatnya merasa bersyukur, saat kesabarannya berbuah manis. Ia berharap rezeki yang didapatkan akan lebih baik, dan memberikan bantuan yang layak kepada ibunya di rumah. Agar tidak lagi bersusah dan bersedih.
Sumber: http://contohskripdrama.blogspot.com/2014/06/contoh-naskah-drama-7-orang.html#ixzz3UvaNY7Ge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar